BMKG: Fenomena di Perbatasan Bandung dan Sumedang Adalah Puting Beliung, Bukan Tornado
FAJARNUSANTARA.COM- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa bencana alam yang melanda kawasan perbatasan Bandung dan Sumedang pada Rabu (21/2/2024) sore adalah puting beliung, bukan tornado.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, secara definisi, puting beliung dan tornado hampir sama secara visual dalam kejadiannya. Sabtu 23 Februari 2024.
“Definisi puting beliung dan tornado hampir sama, secara visual kejadiannya adalah sama, angin berputar dengan kecepatan tinggi yang berdampak merusak, hampir sama definisinya,” ujar Rahayu dalam wawancara di Gedung Negara Kabupaten Sumedang, Jum’at (23/2/2024).
Rahayu juga menjelaskan perbedaan antara fenomena puting beliung dan tornado yang dapat dibedakan secara letak geografis dan iklim.
“Tornado digunakan di wilayah Amerika sana, biasanya tornado itu dilintasi tinggi, kita berada di tropis, dan tornado itu ada skalanya, dimulai dari F0, F1 dan sekian,” tambahnya.
Menurut Rahayu, perbedaan antara fenomena tornado dan puting beliung dapat dilihat dari kriteria seperti kecepatan angin, dampak kerusakan, dan durasi waktu.
“Mereka memiliki kriteriannya, tergantung, tingkat kecepatan yang pertama parameternya, kecepatan anginnya, yang kedua dampak kerusakan, dan yang ketiga, durasi waktunya,” katanya.
Rahayu menegaskan bahwa bencana alam yang terjadi di kawasan perbatasan Sumedang dan Kabupaten Bandung adalah puting beliung, dilihat dari pengukuran kecepatan angin oleh BMKG pada waktu kejadian yang berada di bawah 70 kilometer per jam.
“Kecepatan angin yang kita catat adalah 36,8 masih sangat di bawah, karena 70 kilometer per jam ke atas bahkan ratusan itu untuk tornado, dari sisi kecepatan saja kita sudah bisa melihat, kecepatan seperti ini, kalau di Amerika sana namanya small tornado, di Indonesia tetap balik lagi, puting beliung,” tegasnya.
Rahayu juga mengajak untuk tidak memperdebatkan definisi antara fenomena tornado dan puting beliung, namun yang terpenting adalah masyarakat tetap waspada dan merespons peringatan dari BMKG.
“Jadi saya rasa, kita sekarang stop memperdebatkan itu tornado atau puting beliung, sekarang bagaimana BMKG itu bersikap masyarakat ketika BMKG mengeluarkan peringatan H -6,” pungkas Rahayu.**