Warga Buahdua dan Conggeang Gelar Istigasah Akbar Tolak Rencana Geothermal Tampomas
FAJARNUSANTARA.COM, SUMEDANG – Sejumlah warga Kecamatan Buahdua dan Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang, menggelar Istigasah Akbar di Lapang Sepak Bola Jumbuh atau Mariuk Desa Sekarwangi Kecamatan Buahdua, Rabu (28/4/2021).
Istigasah Akbar ini dilakukan, selain meminta perlindungan dari musibah kepada Allah SWT, ditujukan juga sebagai bentuk aksi dari penolakan rencana Eksplorasi Panas Bumi atau Geothermal Gunung Tampomas.
Pimpinan Ponpes Nurul Hidayah Cipatat Desa Sekarwangi Kecamatan Buahdua, KH Udin Fakhruddin menyebutkan, sebagai umat muslim, sudah seharusnya meminta kepada Allah SWT. Begitu juga dia menyampaikan, Istigasah Akbar ini dilakukan sebagai ikhtiar warga, agar pemerintah dapat mempertimbangkan kembali rencana Geothermal yang membidik lima kecamatan cincin Gunung Tampomas.
“Sekaligus dalam rangka rencana Geothermal, maka saya sebagai masyarakat kecil dan semua masyarakat di lingkungan kami, menolak. Maka dengan itu, minta kepada pemerintah supaya perlu pertimbangan, jangan sampai ada rakyat yang merasa takut, merasa bimbang, apalagi merasa dirugikan,” katanya kepada wartawan.
Hal senada diungkapkan Ketua Yayasan Dangiang Raksa Banda Sajagat, Maman Surahman. Dampak yang akan diberikan dari rencana Geothermal Gunung Tampomas, menjadi dasar penolakan warga. Baik itu dampak saat dilakukan pengerjaan ataupun dari akhir pengerjaan.
Maman menyebut, perlu dipikirkan sejauh mana manfaat dan sejauh mana juga madharat yang akan ditimbulkan dari rencara tersebut.
“Kalau kita lihat dari hulu sampai ke hilir pemanfaatan dari kali atau sungai Cipanas ini, sampai ke Indramayu. Ini memberi manfaat kepada masyarakat karena mampu mengairi 150 ribu hektare pesawahan. Ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut, karena akan menyangkut terhadap pengancaman dari pengolahan pangan, karena sangat bergantung pada sektor pengairan,” katanya.
Padahal menurut Maman, Pemkab Sumedang dengan Dinas Lingkungan Hidup dan juga Pariwisata, telah membuat nota kesepahaman mengenai perlindungan ekosistem lingkungan. Hal itu digulirkan pada 26 September 2020 lalu.
“Kesepakatan itu untuk melindungi ekosistem lingkungan, khususnya air. Dan aliran Sungai Cipanas ini menjadi salahsatunya,” sebutnya.
Masih kata Maman, warga juga selain menghawatirkan akan dampak lingkungan, khawatir juga akan dampak sosial yang akan ditimbulkan. Mengingat juga di Kabupaten Sumedang, saat ini tengah banyak proyek besar berskala nasional yang tengah dikerjakan dan sudah dikerjakan.
“Seperti sekarang Bendung Rengrang, Bendung Cipanas, ada juga pembangunan jalan Tol (Cisumdawu). Melihat juga dengan Bendungan Jatigede, itu dinilai belum juga optimal. Apalagi wilayah kami akan menjadi lokasi dari pengerjaan itu (Geothermal). Mungkin kami sangat prihatin bagaimana kedepan, kami harus mencari lokasi atau suatu tempat yang sama seperti ini. Bagi kami ini adalah suatu tempat yang sangat disyukuri,” tukasnya. (**)