Warga Satu RT di Cimanggung Segel Kantor Pemasaran Perumahan, Ini Alasannya
FAJARNUSANTARA.COM, SUMEDANG – Kantor pemasaran Perumahan Satria Bumintara Gemilang (SBG) di Jalan Parakanmuncang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, Sabtu (23/1/2021) pagi tadi disegel warga perum tersebut. Dimana perumahan ini, merupakan lokasi bencana longsor yang menewaskan 40 korban jiwa dan puluhan luka.
Informasi yang dihimpun, warga melakukan aksi itu lantaran pengembang perumahan dinilai lalai membangun Tembok Penahan Tebing (TPT) dan saluran darainase di tengah perumahan mereka.
“Sengaja menyegel kantor pemasaran SBG. Ini dilakukan untuk mengetuk pengembang agar cepat meyelamatkan warga RT01/13 dan mengantisipasi agar tidak kembali terjadi longsor,” kata salah satu warga SBG, Ahmad, seperti dikutip dari Detik.com.
Disebutkan Ahmad, sebelum terjadi longsor pertama di RT 3/21, sempat juga terjadi longsor di Perumahan SBG tepatnya di RT01/13. Berhubung terjadi longsoran susulan di Bojong Kondang, kondisinya jadi terabaikan.
Kata Ahmad, longsor yang terjadi di wilayahnya, sama membahayakan. Di atas pemukiman warga, katanya, ada torn penampungan air berkapasitas 20 ribu liter untuk konsumsi warga perumahan SBG yang jumlahnya sebanyak 3.682 jiwa.
“Jika terjadi longsor susulan, akan berimbas kepada warga yang berada di bawah perumahan SBG, yakni warga Dusun Cicabe Legok RW 09, dan itu akan jadi masalah lagi,” ujarnya.
Sementara hasil analisa dari para ahli Geolistrik, di RT01/13 ada sebanyak 22 rumah yang masuk kategori zona merah dan harus tinggal di kamp pengungsian.
Menurut Ahmad, warga juga telah melakukan antisipasi dengan cara memasang terpal di area longsor. Tujuannya, agar air hujan tidak sampai turun langsung ke tanah, hingga dapat dialirkan menuju drainase yang sudah disiapkan.
“Tentunya kami juga khawatir terjadi longsor susulan. Selama 12 hari ini tidak ada sama sekali upaya antisipasi dari pihak pengembang. Kami khawatir, saat terjadi hujan besar, semua (warga) pada mengungsi,” ujarnya.
Sebelumnya, masih kata Ahmad, manjemen SBG berencana untuk memberikan bantuan berupa batu, semen dan juga pasir untuk membangun drainase. Hal itu ditolak warga, karena sudah terdampak bencana dan mengungsi. Sehingga harus memikirkan untuk pembangunan dan mencari tenaga kerja untuk membangun drainase.
“Aneh kan, harusnya pengembang yang terjun langsung memperbaiki, perusahaan memiliki tenaga ahli. Pengerjaannya jangan diserahkan kepada warga,” ungkapnya.
Disebutkan juga Ahmad, pascabencana longsor di Dusun Bojong Kondang, pihak dari pengembang sama sekali tidak terlihat mendatangi warga terdampak.
“Jangankan menyalurkan donasi, perhatian pun tidak ada,” tegasnya.
Perusahaan itu, sambungnya, tidak memberikan perhatian atau solusi bagi warga terdampak longsor. Maka dari itu, warga tidak akan melepas segel di kantor pemasaran perusahaan SBG.
Sementara saat dicoba untuk dikonfirmasi, manajemen SBG belum memberikan tanggapan. Hingga berita ini diturunkan, konfirmasi via telepon yang dilayangkan, belum juga mendapat respon. (**)