DaerahPeristiwa

Jalan Putus Akibat Pergerakan Tanah, Ribuan Warga di Cianjur Terisolir

FAJARNUSANTARA.COM, CIANJUR – Longsor dan pergerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat, membuat akses antar-desa terputus. Akibatnya, aktivitas ribuan warga di Kampung Tajur dan Garung Desa Batulawang Kecamatan Cipanas, terhambat.

Saat ini, warga dengan terpaksa menggunakan jalan setapak dan pematang sawah. Bahkan sejumlah warga terlihat meniti tepian tebing yang telah tergerus hanya untuk melintas.

“Mau gimana lagi, ini jalan utama warga untuk bepergian,” kata Isah, warga Kampung Garung, seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

Disebutkan Isah, kondisi jalan tidak bisa dilalui kendaraan. Dia dan warga lainnya terpaksa harus jalan kaki jika ingin bepergian ke luar kampung.

“Motor disimpan di sana lalu disambung lagi di sini, tidak bisa dilalui lagi jalannya,” ujarnya.

Menurut Isah, sebenarnya warga dapat menggunakan jalur alternatif lewat Parukoteng. Hanya saja kondisinya tak lebih baik. Termasuk dengan jarak tempuh yang jauh karena harus memutar.

“Jalannya juga sempit, tidak bisa berpapasan kalau pakai motor,” tambahnya.

Warga lainnya, Eneng (25), juga mengalami kesulitan dalam mendistribusikan hasil bumi. Dengan kondisi ini dia berharap, pemerintah segera memperbaiki jalan agar dapat kembali beraktivitas dengan normal.

“Sudah dua minggu kondisinya seperti ini,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Batulawang, Nanang Rohendi menyebutkan, jalan yang rusak akibat ambles dan tergerus material longsor itu, lokasinya masukan wilayah Kampung Sindanglangu.

“Ada seribuan warga yang terdampak, mereka bisa dibilang terisolasi,” kata Nanang.

Selain merusak jalan, sambung kades, pergerakan tanah berdampak juga terhadap belasan rumah. Sebab di jalan yang amblas itu, terdapat juga sejumlah pemukiman warga. Bahkan sudah ada yang terdampak.

“Termasuk ada areal pesawahan yang juga terdampak. Sejauh ini, ada enam hektare yang terancam fuso atau gagal panen,” sambungnya.

Kades menuturkan, pergerakan tanah dipicu curah hujan yang tinggi. Kondisi ini juga, sempat terjadi dua tahun lalu.

“Kali ini yang paling parah,” ucapnya. (**)

Redaksi Fajar Nusantara

Fajar Nusantara merupakan media online yang terbit sejak tanggal 17 April 2020 di bawah naungan badan hukum PT. Fajar Nusantara Online (FNO). PT. FNO telah memiliki badan hukum resmi tercatat di Negara dan memiliki ijin berusaha sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
Back to top button