

FAJARNUSANTARA.COM, SUMEDANG – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Sumedang, menggelar pertemuan di Sabusu Jatinangor dalam upaya mendongkrak penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Pegawai (SAKIP), Kamis (5/11). Pada pertemuan Pos KB di Sumedang wilayah barat itu, ada tiga UPT, yakni Pamulihan, Tanjungsari dan Jatinangor.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sumedang, Ani Gestapiani melalui Sekretaris Moch. Lungsur Jungjunan didampingi UPTD Pengendalian Penduduk Wilayah Jatinangor Yusuf Ruhendi mengatakan, upaya dalam mendongkrak penilaian SAKIP ini, karena penilaiannya ada dua indikator. Yakni Total Fertility Rate (TFR) dan Kemandirian Keluarga.
“Namun terkait TFR, kesulitan data. Sementara ukuran keberhasilan KB itu ada di TFR”, ucapnya.
Idealnya, kata dia, TFR itu harus mencapai dua. Artinya, setiap ibu melahirkan itu, rata-rata dua. Namun ternyata, data TFR yang susah karena tingkat SDKI level Jawa Barat, tidak bisa dipakai ukuran.
“SAKIP kita yang tadinya berusaha menurun malah naik, karena mengukurnya menggunakan yang provinsi, itu yang jadi masalah,” jelasnya.
Sedangkan untuk kemandiriannya, jumlah Pra Keluarga Sejahtera (KS) dan KS 1, harus dinterveni agar dapat menurun dan membantu pemerintah daerah guna mengentaskan kemiskinan. Untuk itu, dengan pertemuan ini, dilakukan agar memperoleh data yang akurat tentang TFT, dimana nantinya ada survei dan pendataan Pra Ks dan Ks 1.
“Kita berkeinginan punya data basis berapa sasaran kelompok PKB, berapa sasaran kelompok BKR, dan berapa sasaran untuk lansia. Sehingga apabila nanti disasar semua , bisa menurunkan Pra KS dan KS 1. Terget utama, ingin memperoleh data yang akurat dan ingin punya TFR sendiri,” katanya.
Nantinya, lanjut dia, setiap UPT, PLKB, Kader dan Pos KB, dapat lebih bekerja keras. Mereka, harus mencari data secara dor to dor. Mengingat juga untuk Sumedang wilayah barat, mobilitas penduduknya sangat tinggi dan pendataannya harus dipertajam.
“Karena sasaran keluarganya itu ada yang pendatang, dimana banyak yang tidak menetap, itu yang paling beratnya,” ungkapnya. (**)