DaerahEkonomiHukum

Rel Tanjungsari-Rancaekek Hidup Lagi, Sekaligus Nata Jatinangor Biar Tak Semrawut

FAJARNUSANTARA.COM- Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mengaktifkan kembali jalur kereta api Tanjungsari-Rancaekek. Rencana tersebut mendapat respons positif dari warga Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

Warga mengetahui rencana reaktivasi itu melalui unggahan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, di media sosial. Jalur kereta api tersebut melintasi empat desa di Jatinangor, yakni Desa Cikeruh, Sayang, Cipacing, dan Hegarmanah.

Tokoh Pemuda Jatinangor, Dadang Mulyadi, menyambut baik rencana tersebut. Ia menilai, pengaktifan kembali jalur kereta dapat menjadi solusi penataan kawasan Jatinangor yang kini semrawut.

“Setuju sekali. Sebagian besar warga Jatinangor juga sudah setuju dengan rencana ini,” ujar Dadang kepada wartawan saat ditemui di Jatinangor, Selasa, 22 April 2025.

Baca Juga :  Dari Nol Jadi Barista! Pelatihan DBHCHT Buka Jalan Karier

“Pertanyaannya, apakah PT KAI akan menggunakan jalur lama atau membuka jalur baru?”

Menurut Dadang, jika PT KAI memilih menggunakan jalur lama, maka pemerintah perlu segera melakukan sosialisasi.

Ia mengungkapkan, beberapa desa memang sudah memasang patok rel, tetapi belum ada komunikasi resmi ke masyarakat.

“Jangan sampai sosialisasi dilakukan saat waktu sudah mepet. Dari desa memang mulai terlihat ada aktivitas, tapi belum ada penjelasan ke warga,” tutur Dadang.

Ia menekankan pentingnya keterbukaan informasi, terutama terkait relokasi warga.

“Pak Dedi Mulyadi itu dipilih rakyat. Maka, kalau mau relokasi, jangan abaikan masyarakat. Harus ada solusi terbaik,” ujarnya.

Baca Juga :  Rumah Roboh di Jatinangor Akibat Tanah Ambles, Dua Keluarga Mengungsi

Dadang juga mendorong agar pemerintah tak hanya fokus pada reaktivasi jalur, tetapi juga penataan kawasan Jatinangor secara menyeluruh.

“Sekarang ini Jatinangor makin padat, banyak PKL, dan kemacetan parah. Kalau jalur kereta dihidupkan lagi, harus dibarengi dengan penataan,” ucapnya.

Jika jalur lama dianggap kurang memungkinkan, Dadang menyarankan alternatif lain.

“Bisa saja jalur kereta baru itu memanfaatkan sisi Tol Cisumdawu. Tapi tetap, penataan kawasan harus jadi perhatian,” kata dia.

Dadang menambahkan, jalur Tanjungsari-Rancaekek dulunya memang hanya digunakan untuk mengangkut hasil bumi.

“Bukan untuk transportasi massal seperti sekarang,” katanya.

Baca Juga :  Perang Sarung Terjadi di Sumedang, Polisi Amankan 26 Remaja

Warga lain, Herman (52), yang tinggal di Blok SS, Desa Tanjungsari, mengatakan sudah puluhan tahun menempati lahan bekas rel. Ia tidak menolak reaktivasi, tetapi meminta kepastian soal relokasi.

“Silakan saja kalau mau dipakai lagi, kami tidak masalah. Tapi jangan mendadak. Harus jelas ganti rugi atau relokasinya bagaimana,” kata Herman.

Kepala Desa Tanjungsari, Ery Supriady, mengaku hingga saat ini belum ada informasi resmi dari PT KAI atau pemerintah provinsi.

“Belum ada kabar apa pun. Warga malah dapat info dari TikTok-nya Pak Gubernur. Tapi begitu ada informasi resmi, pasti kami langsung sosialisasikan ke warga,” ucap Ery.

Enceng Syarif Hidayat

Enceng Syarif Hidayat adalah seorang jurnalis yang aktif liputan di Sumedang, Jawa Barat. Enceng mengawali karirnya di dunia jurnalistik dimedia lokal online Sumedang. Liputan utamanya di wilayah Barat Sumedang.

2 Komentar

  1. Kapan sosialisasi untuk reaktivasi Rancaekek dimulai, warga yang terkena dampak berharap jauh-jauh hari/ secepatnya sudah diberi tahukan masalah pengaktifan kembali rel kereta yang sudah lama tidak aktif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button