FAJARNUSANTARA.COM, SUMEDANG – Kampung Kawangi di Dusun Talun Desa Pasigaran Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang, bisa menjadi tempat alternatif untuk mengisi liburan keluarga. Selain menyajikan nuansa asri pedesaan, para wisatan juga nampaknya dapat menggali informasi tentang kebiasaan leluhur zaman dulu.
Kondisi alam pedesaan ini diperindah dengan hamparan sawah di sekelilingnya. Pelancong juga akan disuguhi nuansa saung panggung khas masyarakat Sunda dulu, serta ada kolam ikan yang ditebari beberapa benih jenis ikan.
Bagi tamu yang akan memanfaatkan saung, bahkan dapat seharian menggunakan fasilitas yang ada mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB dalam setiap harinya. Di sana, para wisatawan dapat makan sepuasnya dengan nasinya ‘dadakan’ yang dimasak di atas tungku yang di ‘akeul’ menggunakan dulang.
Pengelola Kampung Kawangi, Dedi menyebutkan, wisata pedesaan ini belum secara resmi dibuka. Akan tetapi bagi masyarakat yang ingin merasakan nuansa pedesaan, dapat datang ke tempat ini.
“Kita sediakan juga kolam pancing ikan. Di kolam ini telah ditebar berbagai jenis ikan seperti ikan mujaer atau ikan mas yang bisa langsung dimasak untuk dimakan bersama nasi biasa atau nasi merah. Ada juga ayam kampung yang bida dadakan motong. Begitu juga sayuran dan lalapan itu dapat dipetik sendiri untuk makan hari itu juga,” ucapnya.
Selain memanjakan perut, ada juga kelas edukasi menanam padi atau dalam bahasa sudanya ‘tandur’. Termasuk juga dalam membersihkan rumput padi atau ‘ngarambet’ dan memanen padi ‘dibuat’. Nasinya pun dapat dinikmati langsung dengan cara memasak di media ditungku dan mengolah nasinya dengan dulang.
“Suasana Sunda baheula benar-benar ada di sini,” sebutnya.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya juga akan membuat tambahan satu saung lagi. Bahkan saung yang sudah ada, akan dilengkapi saung lisung (menumbuk padi), dapur, juga leuit (tempat penyimpanan padi).
“Pengunjung bisa seharian menikmati pasilitas yang ada. Bisa mancing, untuk lauk makan hari itu. Nasi yang di masak, bisa tamu saksikan sendiri dari mulai ‘nutu’ sampai jadi nasi yang siap makan,” ucapnya.
Dedi bercerita awal mula dirinya mendirikan Kampung Kawangi ini. Dia merasa prihatin dengan minimnya sarana tempat untuk mengedukasi budaya Sunda zaman dulu. Karena untuk saat ini, katanya, sudah pengaruh kemajuan teknologi. Sehingga, terpikir untuk mendirikan secara step by step.
“Alhamdulillah, meski belum lengkap dengan fasilitasnya, kedepan, kami akan lengkapi agar pengujung betah dan memperoleh banyak pengetahuan. Semoga menjadi satu kepenasaran buat tamu yang berminat mengunjungi saung kami. Seharian ‘ngadem’ di sini dengan keluarga dan teman dekat kalian,” tutupnya. (**)