FAJARNUSANTARA.COM-Dalam rangka menyongsong Sumedang Investment Summit 2024, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sumedang menggelar Silaturahmi Daerah Pelaku Usaha Pariwisata bertemakan “Sinergi dan Kolaborasi Membangun Pariwisata Kabupaten Sumedang”. Acara tersebut berlangsung di Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang.
Ketua PHRI Kabupaten Sumedang, dr. R. Harnandito Yudhitia, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Sumedang, termasuk pengusaha restoran, hotel, kafe, dan sektor pariwisata lainnya.
“Hari ini kita mengadakan kegiatan silaturahmi untuk para pelaku pariwisata di Kabupaten Sumedang. Hadir di sini ada pelaku usaha restoran, hotel, kafe, dan ekosistem pariwisata lainnya agar terbangun ekosistem yang saling mendukung, terutama menghadapi kontestasi Pilkada 2024-2029,” ujarnya.
Lebih lanjut, Harnandito menekankan pentingnya kekompakan di antara para pengusaha menghadapi fase krusial ini.
“Kami menghimbau teman-teman pengusaha untuk kompak karena kita akan melewati fase kritis. Jika kita mendapatkan pemimpin yang bagus, kita akan mendapatkan momentum. Tapi jika tidak, kita tidak punya momentum,” tambahnya.
PHRI Kabupaten Sumedang juga mengundang calon bupati seperti Kang Doni Ahmad Munir, Kang Hery Hartawan, dan Kang Ridwan Solichin untuk melihat keseriusan mereka dalam membangun Sumedang.
“Kami ingin melihat keseriusan mereka tentang strategi membangun Sumedang. Ini bagian dari road to investment Agustus 2024, bersama Kadin, rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan investasi,” jelas Harnandito.
Ia menegaskan pentingnya komitmen dari pemerintah untuk benar-benar melibatkan semua pihak dalam membangun Sumedang.
“Kami ingin bukti komitmen dari pemerintah bahwa kolaborasi memang akan benar-benar dibangun dengan melibatkan pengusaha dan media. Kami juga meminta komitmen dari semua calon bupati untuk benar-benar membangun Sumedang secara bersama-sama,” tandasnya.
Menurut Harnandito, dampak positif maupun negatif dari pembangunan harus dikelola dengan baik, misalkan diĀ Sumedang Kota, beberapa tempat hidup karena adanya tol, tapi ada juga yang terdampak negatif.
“Pengusaha harus fleksibel dan dinamis dalam menghadapi perubahan ini. Sebagai organisasi, kami netral, tapi tentunya akan mendukung siapapun yang benar-benar serius dan berkomitmen membangun Kabupaten Sumedang,” tutupnya.**