FAJARNUSANTARA.COM- Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, bersama Calon Bupati Kabupaten Bandung, Sahrul Gunawan, melakukan kunjungan ke pabrik kerudung dan pelaku UMKM di Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Selasa (1/10/2024).
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya kampanye pasangan yang diusung Partai Golkar untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah.
Kedatangan Erwan dan Sahrul disambut oleh Hj. Nenden Nugraha, pemilik pabrik kerudung dan kain yang juga menjadi salah satu pengusaha sukses di Kabupaten Bandung.
Dalam sambutannya, Erwan menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan nasib pelaku UMKM agar bisa bersaing dengan produk luar negeri.
“UMKM harus didorong dan dilindungi agar tidak kalah saing dengan produk luar yang masuk melalui pasar online. Jika saya terpilih, kami akan menyediakan ruang bagi pelaku UMKM lokal di Jawa Barat, termasuk membantu dari sisi pemasaran dan pengemasan agar bisa diekspor ke luar negeri,” ujar Erwan.
Ia menambahkan, salah satu rencana konkretnya adalah membangun sentra UMKM di berbagai titik di Jawa Barat, termasuk di rest area jalan tol.
“Kami berencana menyediakan empat rest area di Tol Cisumdawu, dua tipe A dan dua tipe B, yang nantinya bisa diisi oleh pelaku UMKM lokal. Minimal 70% produk dari Jawa Barat dan sisanya produk dari luar daerah,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Erwan juga berjanji akan bersinergi dengan kepala daerah di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat untuk menyediakan ruang bagi produk UMKM di kawasan wisata.
“Saya berharap, produk-produk lokal bisa menguasai tempat-tempat wisata di Jawa Barat, sehingga yang dijual adalah karya warga lokal dan pembelinya wisatawan dari luar,” tegasnya.
Hj. Nenden Nugraha, sebagai pelaku UMKM yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengeluhkan persaingan yang semakin berat dengan produk luar negeri.
“Saat ini, pelaku UMKM kesulitan karena kebijakan impor yang sangat bebas. Produk lokal kalah bersaing dari segi harga dan kemasan,” ujarnya.
Menurut Nenden, dalam beberapa bulan terakhir, penjualannya menurun drastis akibat produk impor yang jauh lebih murah, meskipun kualitasnya setara.
“Kalau dulu bisa menjual 3.000 hingga 5.000 kodi per bulan, sekarang hanya bisa menjual 1.000 kodi saja. Kami berharap ada kebijakan untuk menekan arus impor yang tak terkendali,” tambahnya.
Menjawab keluhan tersebut, Erwan mengakui bahwa produk luar negeri, terutama dari China, memang lebih murah dan menarik.
“Kita harus ada pembatasan impor untuk melindungi UMKM kita. Kalau tidak, pelaku UMKM dengan modal minim akan semakin tergerus,” tutupnya.**