FAJARNUSANTARA.COM– Pimpinan Umum Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah, Abuya Prof. Dr. (H.C.) KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi, MA, menyerukan agar peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dimaknai dengan doa, haul, serta pembacaan Yasin dan tahlil. Abuya menilai cara itu lebih pantas dibanding sekadar mengisi hari kemerdekaan dengan hiburan.
“Kalau anak cucu bangsa tahu bagaimana kakek-neneknya dulu mati berjuang, pasti bukan joget yang keluar, melainkan air mata. Itu yang harus kita tanamkan,” kata Abuya dalam ceramahnya, belum lama ini.
Ia menegaskan nikmat kemerdekaan hari ini merupakan buah dari pengorbanan para pejuang yang rela mati ditembak, dibom, bahkan kelaparan demi Indonesia merdeka.
“Maka sungguh tidak pantas jika kita hanya memperingati kemerdekaan dengan joget-joget semata,” ujarnya.
Menurut Abuya, kegembiraan boleh saja diwujudkan dalam perayaan 17 Agustus, namun harus tetap selaras dengan semangat mengenang dan mendoakan pahlawan bangsa.
“Masih ada waktu lain untuk bernyanyi dan hiburan. Tapi di momen kemerdekaan, sebaiknya kita fokus memuliakan para leluhur yang telah berkorban. Itu baru pantas, itu baru memaknai kemerdekaan,” katanya.
Abuya turut hadir dalam Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Tingkat Kabupaten Sumedang di Lapang Pusat Pemerintahan Sumedang, Minggu, 17 Agustus 2025.
Kehadirannya mendapat sambutan dari berbagai kalangan, mulai pejabat, tokoh masyarakat, hingga warga yang menyempatkan diri bersilaturahmi.
Dalam kesempatan tersebut, Abuya juga menyerukan pentingnya menjaga persatuan bangsa.
“Mari kita kokohkan persaudaraan sebangsa setanah air yang kita cintai. Mari kita jaga bangsa dan NKRI dari segala rongrongan yang merusak harkat dan martabat bangsa,” ujarnya.
Ia menutup dengan pesan agar pengelolaan negara dijalankan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
“Mari kita kelola NKRI ini hingga bangsa benar-benar makmur, sejahtera, dan bermartabat mulia,” tutur Abuya.**