Bogor Dikepung Banjir, Gubernur: Alih Fungsi Lahan Harus Dihentikan

FAJARNUSANTARA.COM- Sungai Jayanti di Kabupaten Bogor meluap setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut selama lebih dari enam jam, Minggu (3/3) malam. Akibatnya, ratusan rumah di Kecamatan Cisarua dan Megamendung terendam banjir dengan ketinggian air mencapai satu meter.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat menyebutkan bahwa kejadian ini disebabkan oleh tingginya intensitas hujan serta berkurangnya area resapan air di hulu sungai.
“Kami masih melakukan pendataan, tetapi sementara ini sekitar 250 rumah terdampak. Beberapa warga telah mengungsi ke tempat yang lebih aman,” ujar Kepala BPBD Jawa Barat, Rudi Hartanto, saat ditemui di lokasi, Senin (4/3).
Ia menambahkan, tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah diterjunkan untuk membantu proses evakuasi warga serta mendistribusikan bantuan logistik darurat.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyoroti permasalahan alih fungsi lahan di kawasan Puncak yang diduga menjadi salah satu faktor penyebab meluapnya Sungai Jayanti.
“Kawasan Puncak mengalami perubahan fungsi yang cukup masif dalam beberapa tahun terakhir. Banyak lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan berubah menjadi vila atau permukiman,” kata Dedi saat meninjau lokasi banjir.
Menurutnya, lebih dari 1.000 hektare lahan perkebunan teh di kawasan tersebut telah beralih fungsi. Hal ini berdampak pada berkurangnya daya serap tanah dan meningkatnya risiko banjir bandang di wilayah hilir.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menggandeng PTPN dan Perhutani untuk mengembalikan fungsi lahan di Puncak.
“Kami tidak bisa menunggu lebih lama. Harus ada langkah konkret untuk menghentikan alih fungsi lahan ini dan mengembalikan kawasan Puncak sebagai daerah konservasi,” tegasnya.
Sementara itu, proses evakuasi masih terus dilakukan di beberapa titik. BPBD mencatat, sekitar 500 warga telah mengungsi ke posko darurat yang disediakan di kantor kecamatan dan beberapa masjid.
“Kami memastikan kebutuhan dasar warga terdampak, mulai dari makanan, air bersih, hingga selimut dan obat-obatan, terpenuhi,” ujar Rudi Hartanto.
Tim kesehatan juga dikerahkan untuk menangani warga yang mengalami gangguan kesehatan akibat banjir. Beberapa di antaranya mengalami demam dan penyakit kulit akibat terpapar air kotor.
BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum setempat kini tengah meneliti kondisi tanggul dan aliran sungai untuk mencegah banjir susulan.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama yang tinggal di daerah bantaran sungai. Jika curah hujan tinggi, segera cari tempat aman,” kata Rudi.
Pemerintah daerah berencana mengadakan pertemuan dengan pemilik lahan dan pengembang di kawasan Puncak untuk mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi banjir akibat alih fungsi lahan.**